Canting menjadi salah satu penentu keindahan Batik Lasem atau Lasem Batik Art (LBA). Berkat canting, goresan, garis-garis, titik-titik menjelma menjadi motif-motif Batik Tulis Lasem yang indah.
Membatik harus menggunakan canting, karena alat ini berfungsi untuk menempelkan malam (lilin) pada kain. Canting terbuat dari tembaga tipis yang tebalnya kurang dari 0,5 mm.
Bentuknya dibuat agar mudah untuk mengambil dan menuangkan lilin panas. Bentuk mulut canting dibuat lonjong yang lebih sempit dari badannya. Lubang ujung canting berdiameter antara ¼ mm hingga 3 mm.
Canting Batik Lasem
Canting Batik Lasem
Canting Batik Lasem
Berdasarkan kegunaannya ada beberap jenis canting, diantaranya:
1. Canting Klowong. Canting Klowong lubang ujungnya berdiameter 1 mm hingga 2 mm. Canting ini digunakan untuk membantik klowongan atau membantik yang tipis menggunakan lilin klowong.
2. Canting Tembokan. Canting Tembokan lubang ujungnya berdiameter 1 mm hingga 3 mm. Canting ini digunakan untuk membatik tembokan atau memperkuat lilin pada kain agar tidak mudah lepas oleh larutan asam. Namun untuk menembok permukaan yang luas sering digunakan kuas atau jegul.
3. Canting Cecek (Sawut). Canting Cecek atau Sawut ujungnya berdiameter ¼ mm hingga 1 mm. Canting digunakan untuk membuat titik/cecek dan garis-garis yang halus. Canting ini disebut canting cecek karena digunakan untuk membuat titik titik yang di dalam istilah batik disebut cecek. Canting ini disebut juga canting sawut karena digunakan untuk membuat garis-garis halus yang dalam istilah batik disebut sawutan atau sawut.
4. Canting Ceret. Canthing Ceret ujungnya berdiamter sekitar 1mm, digunakan untuk membuat garis ganda yang dikerjakan sekali jalan. Canting ini memiliki paruh ganda yang berjajar dua hingga empat menurut garis yang akan dibuat. Namun akhirnya, kunci dari nilai keindahan seni batik tetap pada sense of art pembatiknya. Semakin ahli mereka menggunakan canting, semakin indah pula motif batik yang tercipta.