Batik Lasem Kawung sering menggiring imaginasi pada keindahan stailisasi koin-koin keberuntungan. Namun imaginasi itu membuyar seiring kehadiran Batik Lasem Kawung dengan keindahan stailisasi ornamen yang jauh dari dominasi kepingan koin.
Batik Lasem Kawung ternyata tidak selalu menampilkan ornamen koin, lingkaran maupun elips. Sering dijumpai Batik Lasem Kawung Jembrak dan Kawung Kitiran yang ornamen utamanya tidak didominasi koin, lingkaran, ataupun elips, tetapi justru mengeksplorasi stailisasi ornamen segitiga dan segiempat.
Apapun latar belakangnya, eksistensi Batik Lasem Kawung Jembrak dan Kitiran bisa jadi akibat dari pengaruh kulturisasi tradisi pesisiran sekaligus budaya Cina. Kekuatan blured culture (Jawa Pesisran+Cina) ini mampu meminimalisasi dominasi budaya Keraton Mataram (Jogyakarta+Surakarta) sebagai basic areal dibuatnya motif Batik Kawung.
Namun tidak bisa dipungkiri, basic ornament utama Batik Lasem Kawung adalah stailisasi benda berbentuk lingkaran /elips/koin. Wajar jika akhirnya banyak Batik Lasem Kawung ornamen motif utamanya menyerupai ragam motif Batik Kawung Mataraman hasil stailisasi dari koin uang pecahan seperti Batik Kawung Picis, Batik Kawung Bribil, dan Batik Kawung Sen.
Ada juga Batik Kawung Beton hasil dari stailisasi biji nangka. Bahkan, ada juga yang Batik Lasem Kawung Mata Satu dan Kawung Mata Dua, karena di dalam lingkaran ada noktah mirip mata.
Dari perpektif historis, motif batik kawung awalnya hasil dari stailisasi kolang kaling atau buah aren, yang bentuk dasarnya dibuat empat lingkaran oval. Posisi empat lingkaran elips tersebut sengaja diatur menyentuh satu dengan yang lain secara semetris, sehingga menimbulkan ilusi optic berupa bunga empat kelopak.
Pembuatan Batik Kawung bukan tanpa tujuan dan makna. Batik yang awalnya hanya dipakai keluarga Raja Mataram ini sarat makna filosofis kehidupan.
Secara umum makna filosofis Batik Kawung berawal dari buah sebagai simbolisasi harapan dan kesuburan. Lalu, aren sebagai penghasil gula bermakna keagungan dan kebijaksanaan. Pohon aren yang lurus tanpa cabang melambangkan keadilan. Jadi, silmbolisasi flora aren dalam Batik Kawung bermakna filosofis tentang harapan terwujudnya kekuasaan yang adil dan bijaksana.
Sedangkan empat unsur bunga kawung yang saling beririsan secara semetris dengan menyisakan ruang kosong dtiitik pusat, disebut kiblat 4 lima pancer. Falsafah adiluhung Jawa ini bermakna memandang dari 4 perspektif mata angin guna mendapatkan cahaya (pancer) kebijaksanaan.
Secara holistic, Batik Kawung bermakna filosofis tentang kesucian penciptaan manusia, yakni perjalanan panjang kehidupan manusia menuju alam sawung, yakni alam nan kekal dan abadi.